PENANAMAN KARAKTER TOLERANSI PADA SISWA REGULER DAN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS MELALUI PEMBELAJARAN PPKn DI SMPN 4 SIDOARJO

  • Diyah Pradita Sari

Abstrak

Indonesia sebagai negara majemuk memiliki banyak perbedaan dalam masyarakat, seperti perbedaan Agama, Suku, Ras, dan Golongan sehingga toleransi dibutuhkan untuk menjembatani perbedaan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mendeskripsikan cara penanaman karakter toleransi oleh guru PPKn kepada siswa reguler dan siswa berkebutuhan khusus di SMPN 4 Sidoarjo, (2) Hambatan-hambatan yang dialami guru PPKn dalam penanaman karakter toleransi kepada siswa reguler dan siswa berkebutuhan khusus di SMPN 4 Sidoarjo. Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar dan tidak menekankan pada angka. Informan dalam penelitian ini adalah kepala sekolah dan guru PPKn yang berjumlah empat orang. Data dalam penelitian ini dikumpulkan menggunakan teknik observasi partisipasi pasif, wawancara, dan studi dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukan bahwa penanaman karakter toleransi oleh guru PPKn dilakukan melalui empat cara antara lain model pembelajaran diterapkan menggunakan bentuk kelompok seperti diskusi kelas, motivasi melalui video tentang kebersamaan dalam perbedaan yang diberikan di awal pembelajaran, nasehat secara spontan ketika ada siswa yang intoleransi, dan contoh perilaku yang diberikan guru seperti pemberian paraf sebagai tanda penghargaan hasil karya siswa. Hambatan yang dialami guru pada penelitian ini berupa kesulitan mengajar pada siswa berkebutuhan khusus, keinginan siswa reguler yang bertentangan dengan keadaan siswa berkebutuhan khusus, kurang tenaga pendidik untuk membantu  proses pembelajaran dan masih ada siswa yang memiliki kesadaran diri rendah dalam bertoleransi terhadap perbedaan teman. 

Kata Kunci: Pembelajaran, Karakter, Siswa Reguler dan ABK

Diterbitkan
2017-07-07
Abstract Views: 188
PDF Downloads: 214