Bullying sebagai Alat Kekuasaan : Studi Pada Drama Korea Pyramid Game dalam Media Sosial Tiktok
Abstract
Penelitian ini mengkaji representasi bullying berupa bullying fisik, verbal, dan sosial sebagai alat kekuasaan dalam drama Korea Pyramid Game dan bagaimana wacana tersebut direproduksi di media sosial TikTok. Fenomena bullying dalam drama ini tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga cerminan masalah sosial yang relevan mengenai dinamika kekuasaan di lingkungan sekolah. Menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode Neo-Critical Discourse Analysis (Neo-CDA), penelitian ini menganalisis teks dan visual (narasi, komentar, ekspresi, musik) dari konten video serta interaksi pengguna pada empat akun TikTok populer. Analisis data berdasarkan kerangka teori reproduksi kekuasaan Pierre Bourdieu yang mengintegrasikan konsep habitus, modal, arena untuk memahami dinamika kekuasaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa drama Pyramid Game merepresentasikan bullying sebagai mekanisme terstruktur untuk mempertahankan dominais kekuasaan. Sistem permainan dalam drama berfungsi sebagai arena tempat berbagai jenis modal (ekonomi, sosial, budaya, simbolik) dipertaruhkan untuk meraih dan melanggengkan dominasi. Wacana kekuasaan ini kemudian direproduksi secara kompleks di TikTok, di mana pengguna melalui komentar dan konten kreatif secara kolektif memperkuat sekaligus menantang narasi dominasi yang ditampilkan. Kekuasaan simbolik, terutama melalui karakter Baek Harin, diterima oleh sebagian pengguna sebagai sesuatu yang wajar (doxa), namun di sisi lain juga memicu perlawanan dan empati terhadap korban. Penelitian ini menyimpulkan bahwa TikTok menjadi ruang diskursif yang merefleksikan dan membentuk pandangan masyarakat tentang bullying dan kekuasaan yang digambarkan dalam media populer.
Kata Kunci: Analisis Wacana; Bullying; Pyramid Game; Kekuasaan Simbolik; Tiktok
Downloads
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section

