PEMBERITAAN KORAN TENTANG PERISTIWA 27 JULI 1996 (KOMPAS DAN SUARA KARYA)

  • EKO NURUL AKBAR

Abstract

Pers merupakan media yang memiliki fungsi untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat tanpa adanya intervensi dari pihak manapun. Pada masa orde baru pers terbagi menjadi dua yakni pro dan kontra terhadap jalannya pemerintahan. Mayoritas pers pada saat itu memilih untuk bersikap pro terhadap pemerintahan. Pembredelan yang dilakukan oleh Menteri Penerangan menjadi alasan utama hanya segelintir pers yang bersikap kontra dengan pemerintah. Berdasarkan analisis terhadap pemberitaan peristiwa 27 Juli 1996 terdapat perbedaan sudut pandang antara Kompas dengan Suara Karya dalam memberitakan peristiwa tersebut.

 Berdasarkan latarbelakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Bagaimana pemberitaan koran Kompas dan Suara Karya terkait peristiwa 27 Juli 1996  2) Mengapa ada perbedaan pemberitaan antara koran Kompas dan Suara Karya terkait peristiwa 27 Juli 1996 3) Bagaimana dampak keberanian pemberitaan Kompas berbeda dengan Suara Karya terkait peristiwa 27 Juli 1996. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk menjelaskan bagaimana pemberitaan  koran Kompas dan Suara karya terkait peristiwa 27 Juli 1996, Untuk menganalisis mengapa terjadi perbedaan pemberitaan antara koran Kompas dan Suara Karya terkait peristiwa 27 Juli 1996. Dan untuk menjelaskan dampak keberanian pemberitaan Kompas berbeda dengan Suara Karya terkait peristiwa 27 Juli 1996.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang meliputi heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Untuk dapat memperoleh hasil yang baik pada skripsi ini penulis melakukan penelusuran arsip berupa koran-koran terbitan Kompas dan Suara Karya pada tahun 1996, penelusuran buku-buku terkait kehidupan pers pada masa orde baru maupun peristiwa 27 Juli 1996, serta penelusuran jurnal-jurnal ilmiah, skripsi maupun majalah terkait pers dan seputar kerusuhan tersebut.

Hasil penelitian ini menyimpulkan sebagai berikut. Pertama ada perbedaan dalam memberitakan peristiwa 27 Juli 1996 antara Kompas dan Suara Karya, perbedaannya terletak pada pemberitaan Kongres Medan, mimbar bebas, pelaku peristiwa 27 Juli 1996, dan hukuman terhadap pelaku peristiwa 27 Juli 1996. Kedua faktor-faktor penyebab terjadinya perbedaan dalam memberitakan peristiwa 27 Juli 1996 yakni pemilik media pers, independensi serta kepentingan Kompas dan Suara Karya yang saling bertentangan, Kompas yang didirikan oleh Jacob Oetama dan PK. Ojong cenderung memiliki hubungan politik dengan Megawati Soekarnoputri yang berusaha melengserkan pemerintahan orde baru, berbeda dengan Suara Karya yang didirikan oleh tokoh-tokoh muda Partai Golkar cenderung memiliki hubungan politik dengan pemerintahan,  tujuan utama pers ini untuk mempertahankan rezim orde baru yang otoriter. Ketiga perbedaan pemberitaan Kompas dengan Suara Karya terkait peristiwa 27 Juli 1996 berdampak kepada oplah Kompas yang semakin meningkat secara signifikan, hal ini disebabkan pada peristiwa 27 Juli 1996 Kompas selalu memposisikan Megawati sebagai pihak yang teraniaya sehingga mudah untuk mendapat simpatik masyarakat, bertambahnya pembaca terhadap harian Kompas terkait peristiwa tersebut membuat pers ini mampu mendominasi pasar informasi pada saat itu dengan memperoleh oplah terbanyak diantara pers lainnya.

Kata Kunci: Pers Kompas, Pers Suara Karya, Peristiwa 27 Juli 1996.

Published
2015-08-03
Abstract Views: 123
PDF Downloads: 96