HUBUNGAN NU DAN MASYUMI (1945-1960) Konflik Dan Keluarnya NU Dari Masyumi

  • MOH AMIRUL MUKMININ

Abstract

Hubungan NU dan Masyumi tahun 1945-1960 memang sangat menarik untuk dikaji. Seperti Skripsi yang ditulis oleh Noor Ishaq tentang Pergerakan Partai Masyumi di Indonesia, dan Tesis yang ditulis oleh Ichwan Arifin tentang Kiai dan Politik. Dari situ kemudian peneliti membuat penelitian yang berbeda dengan penelitian diatas yang lebih memfokuskan pada konflik dan keluarnya NU dari Masyumi.

Adapun sumber utama yang didapat adalah dokumen sezaman tentang putusan hasil Muktamar NU ke-19 pada 8 Mei 1952 di Palembang tentang keluarnya NU dari Masyumi, dan dokumen teks hasil perundingan NU dan Masyumi pada 22-23 Mei 1952 di Jakarta.

Beberapa rumusan masalah antara lain: bagaimana struktur kelembagaan NU dalam Masyumi, mengapa NU keluar dari Masyumi tahun 1952, dan bagaimana peran NU setelah keluar dari Masyumi hingga tahun 1960.

Berdasarkan hasil analisis data bahwa Diawal pembentukanya, Masyumi menerapkan dua macam keanggotaan yaitu perseorangan dan organisasi. NU menjadi salah satu anggota istimewa Masyumi dan Kedudukan Majlis Syuro (pimpinan tertinggi) yang mempunyai wewenang menentukan kebijakan partai dipegang oleh tokoh NU yaitu KH. Hasyim Asy’ari sehingga NU cukup puas walaupun pimpinan partai didominasi oleh kelompok intelektual. Seiring berjalannya waktu sistem keanggotaan Masyumi ternyata sangat lemah, hal itu terbukti dengan ketidak tegasan pimpinan Masyumi menghadapi sebuah masalah baik internal maupun eksternal karena perbedaan kubu didalam partai. Sehingga satu persatu anggota yang kurang terakomodir seperti SI yang memilih keluar karena  mempunyai pemikiran berbeda yang menurut mereka benar.

 Usaha untuk memencilkan para ulama di dalam percaturan politik terus di galakan oleh kelompok intelektual Masyumi bahkan mereka merubah wewenang Majlis Syuro yang awalnya bertugas menentukan kebijakan akhirnya hanya sebagai penasehat semata sehingga hal itu yang  membuat NU memisahkan diri dari Masyumi lewat Muktamar NU ke-19 di Palembang dan menjelma menjadi sebuah partai politik sendiri dengan nama Partai NU yang berkiprah dalam Pemilu pertama tahun 1955. Berdasarkan hasil Pemilu tahun 1955, NU menempati 4 partai besar sehingga banyak tokoh-tokoh NU yang menduduki posisi penting dalam pemerintahan. Setelah pemilu tahun 1955 ada 5 pemikiran yang memancar dari dua arus yaitu arus pengaruh Barat dan tradisi Hindu-Jawa, Islam); PNI dan NU sama-sama disentuh besarnya pengaruh oleh tradisionalisme Jawa, tetapi pengaruh alam pemikiran Barat sangat kuat pada PKI dan Masyumi. Dalam waktu kurang lebih sepuluh tahun dua saingan NU yang dipengaruhi dengan kuat oleh alam pemikiran Barat tersingkir dari panggung politik. Masyumi dibubarkan pada tahun 1960 karena keterlibatan beberapa tokohnya dengan pemberontakan PRRI (Pemerintahan Revolusioner Rakyat Indonesia).

Kata Kunci : Konflik, Nahdlatul Ulama, Masyumi

Published
2015-08-14
Abstract Views: 3755
PDF Downloads: 378