PERAN LUDRUK “BUDHI WIJAYA” DALAM MENDUKUNG PROGRAM PEMBANGUNAN DI JOMBANG TAHUN 1987-1998

  • DEWI NOVIANAH

Abstract

Pembangunan merupakan salah satu kebijakan pemerintah Indonesia yang intensif dilaksanakan sejak era Orde Baru. Untuk melaksanakan program tersebut, pemerintah Indonesia melalui GBHN 1988 mewajibkan seluruh jenis kesenian daerah untuk ikut serta dalam membangkitkan semangat membangun masyarakat, salah satu daerah yang mendukung program tersebut adalah Kabupaten Jombang. Jombang sebagai kota asal kesenian ludruk, mewajibkan semua kelompok ludruk Jombang untuk mengemban misi pembangunan tersebut, salah satunya adalah ludruk “Budhi Wijaya”.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Bagaimana latar belakang berdirinya kesenian ludruk “Budhi Wijaya” di Jombang (2) Bagaimana peran ludruk “Budhi Wijaya” dalam mendukung program pembangunan di Jombang tahun 1987-1998 (3) Bagaimana respon masyarakat terhadap ludruk “Budhi Wijaya” dalam mendukung program pembangunan di Jombang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Untuk menjelaskan latar belakang berdirinya kesenian ludruk “Budhi Wijaya” di Jombang, untuk menganalisis peran ludruk “Budhi Wijaya” dalam mendukung program pembangunan di Jombang tahun 1987-1998 serta untuk mendiskripsikan respon masyarakat terhadap ludruk “Budhi Wijaya” dalam mendukung program pembangunan di Jombang.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang meliputi heuristik, kritik, interpetasi, dan historiografi. Untuk dapat memperoleh hasil yang baik pada skripsi ini, peneliti melakukan penelusuran berupa wawancara dengan pimpinan ludruk, pelawak, tokoh masyarakat, serta melakukan penelusuran baik di koran, majalah, buku, skripsi, jurnal yang relevan dengan peran ludruk dalam mendukung program pembangunan.

Langkah di metode penelitian ini adalah heuristik yaitu pengumpulan sumber-sumber primer maupun sekunder yang terkait mengenai peran kesenian ludruk “Budhi Wijaya” dalam pembangunan, kritik yaitu tahap untuk memilih sumber-sumber yang telah ditemukan, interpretasi yaitu tahap melakukan analisis terhadap fakta-fakta yang ditemukan berbagai sumber baik primer maupun sekunder,  historiografi yaitu tahap penyajian hasil laporan penelitian dalam bentuk tulisan dengan penulisan sejarah yang benar.

Hasil penelitian ini dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut. Pertama, latar belakang berdirinya ludruk “Budhi Wijaya” pada tahun 1987 didasarkan atas kekecewaan Sahid yakni pimpinan ludruk “Budi Jaya” terhadap sikap pelawak Budi Sumadi yang ingin keluar dari grup ludruk “Budi Jaya” dan mendirikan grup ludruk baru. Selain itu, Budi Sumadi juga meminta kembali nama “Budi Jaya” karena dianggap sebagai hasil dari pemikirannya, sehingga sahid mendirikan ludruk baru dengan nama “Budhi Wijaya” untuk menyaingi ludruk “Budi Jaya”. Kedua, pelaksanaan program pembangunan di Kabupaten Jombang mengalami kesuksesan dengan adanya peran grup ludruk “Budhi Wijaya” yang intensif menyampaikan pesan pembangunan melalui kidungan dan lawakan. Program-program pembangunan yang disampaikan meliputi, masalah KB, kesehatan masyarakat, pertanian, keamanan kampung, koperasi, gotong royong, dan pendidikan. Ketiga, respon masyarakat terhadap peran ludruk “Budhi Wijaya” dalam pembangunan di Jombang adalah sangat mendukung. Masyarakat merasa terbantu dengan adanya informasi-informasi dan pesan-pesan pembangunan dari pemerintah melalui adegan-adegan dalam ludruk yang mudah dimengerti oleh semua kalangan. Dukungan-dukungan lainnya juga datang dari pihak seniman maupun pemerintah yang mengakpresiasi peran ludruk “Budhi Wijaya” dalam pembangunan.

Kata Kunci: Kesenian, Ludruk, Budhi Wijaya, Peran, Pembangunan Jombang 

Published
2015-08-18
Abstract Views: 265
PDF Downloads: 194