SEJARAH PERKEMBANGAN SENI TARI MUNG DHE DI KABUPATEN NGANJUK PADA TAHUN 1982-2000

  • ARI SETIYANINGRUM

Abstract

Seni tari Mung Dhe merupakan seni tari yang berkembang di kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk. Seni tari ini tidak hanya sebagai pertunjukan atau hiburan melainkan juga dahulunya digunakan sebagai sarana perjuangan. Pada tahun 1827 ketika pasukan Diponegoro berhasil dipukul mundur oleh Belanda, mereka menyebar sampai ke wilayah Garu. Tari Mung Dhe diciptakan untuk mengumpulkan basis pasukan Diponegoro yang tersebar. Setelah tahn 1982 tari Mung Dhe mengalami banyak perkembangan dan lebih dikenal masyarakat luas khususnya Nganjuk.

                Adapun permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana sejarah seni tari Mung Dhe?  (2) Bagaimana perkembangan seni tari Mung Dhe di Kabupaten Nganjuk pada tahun 1982-2000?    (3) Bagaimana proses pementasan seni tari Mung Dhe di kabupaten Nganjuk? Dalam penulisan penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan langkah-langkah sebagai berikut : pertama, heuristik (pengumpulan data/sumber) mengumpulkan buku-buku, artikel, majalah, koran yang mengenai Tari Mung Dhe, kedua, kritik sumber terhadap sumber yang diperoleh seperti artikel, majalah, koran dan buku-buku yang berhubungan dengan Tari Mung Dhe dan Perkembannya, ketiga, interpretasi dengan menghubungkan fakta-fakta yang diperoleh  dan  keempat, historigrafi atau penulisan sesuai dengan tema yang telah dipilih. 

                Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Tari Mung Dhe diciptakan oleh beberapa pasukan Diponegoro pada tahun 1827 yang melarikan diri di daerah Baron untuk mengumpulkan basis yang tersebar. Cara ini ditempuh untuk mengelabui Belanda yang melakukan pengawasan pada saat itu. Tari Mung Dhe diperbaharui oleh prakarsa Ibnu Salam sehingga mengalami perubahan dari tari tradisional menjadi kreasi baru.  (2) Tari Mung Dhe mengalami banyak perkembangan setelah tahun 1982 baik dari segi gerakan, kostum, pelakudan pementasan. Dalam gerakan, tari Mung Dhe mengalami perubahan dari segi tempo gerakan yang semakin cepat. Kostum berubah setelah tahun 1982 yakni pada peran botoh penthul, botoh tembhem, prajurit dan pengiring. Pelaku sebelum tahun 1982 berjumlah 14 orang, namun setelah 1982 bertambah menjadi 22 orang. Pada tahun 1998-1994 jumlah pelaku menjadi 20 orang dan setelah tahun 2000 tidak ada aturan baku bagi jumlah pelaku. Pementasan sebelum tahun 1982 sangat terbatas bahkan cenderung tenggelam, namun setelah 1982 Mung Dhe dipentaskan dalam banyak acara bahkan setelah tahun 2000 tari Mung Dhe tampil di tingkat provinsi dan mendapat penghargaan. (3) Tari Mung Dhe dipentaskan di Nganjuk dalam berbagai  upacara tradisi seperti Boyongan, Gembyangan Waranggana atau Suroan sehingga tari Mung Dhe dapat dilestarikan keberadaannya dan tetap dikenal masyarakat luas.

Published
2016-01-30
Abstract Views: 604
PDF Downloads: 297