KOTA MALANG PADA MASA AGRESI MILITER BELANDA I TAHUN 1947

  • DAVID NURUL KHARISMA

Abstract

Kota Malang merupakan tempat penting yang baik bagi orang Eropa, Timur Asing, dan orang Indonesia sendiri. Wilayah Malang menjadi salah satu wilayah yang ingin dikuasai Belanda karena potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu wilayah perkebunan serta sebagai pertahanan yang baik dari serangan musuh. Kota Malang pernah menjadi ibukota Propinsi Jawa Timur pada bulan Februari 1947 sampai bulan Juli 1947. Agresi Militer Belanda pertama pada tanggal 31 Juli 1947 membuat Kota Malang sudah tidak aman lagi sebagai Ibukota Propinsi JawaTimur. Rumusan masalah yang akan di bahas dalam penelitian meliuti : 1) Bagaimana situasi Kota Malang pasca Kemerdekaan? 2) Bagaimana Proses jatuhnya Kota Malang pada masa agresi militer Belanda I? 3) Bagaimana dampak Kota Malang pasca agresi militer Belanda I ?
Penelitian bertujuan untuk menganalisis Kota Malang pasca kemerdekaan sampai masuknya Belanda dalam Agresi Militer I tahun 1947. Metode penelitian yang dijadikan pedoman dalam penulisan ini adalah metode penelitian sejarah yang meliputi tahap heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Sumber penelitian meliputi : arsip, koran serta buku yang terkait dengan pembahasan Agresi Milter Belanda I tahun 1947 di Kota Malang.
Hasil dari penelitian yakni, sejak agresi militer Belanda I tahun 1947 dijalankan oleh Belanda mulai dari Surabaya dan Pasir Putih Bondowoso, yang dijalankan oleh Brigade X KNIL, menuju Malang. Wilayah Malang merupakan daerah sasaran Belanda, karena daerah Malang terdapat perkebunan-perkebunan yang dahulu pernah di kelola Belanda, yang sangat menghasilan perekonomian bagi Belanda. Pada tangal 31 juli 1947 Belanda berhasil menduduki kota Malang, yang sebelumnya Kota Malang sudah di bumi hanguskan oleh TNI dan pejuang kota Malang.
Jalannya Aksi Milter Belanda yang dilakukan oleh pasuakan X KNIL masuk kota Malang juga mendapatkan perlawanan oleh TNI dan Pejuang kota Malang, perlawanan juga dilakukan oleh MAS TRIP ( tentara pelajar) dalam menghadapi tentara Belanda, sebanyak 35 anggota TRIP gugur, di sudut Kota Malang. Terkait dengan keadaan kota Malang, pemerinthan kota pindah ke Toeren, dengan melakukan konsulidasi dengan jawatan jawatan yang masih tinggal di dalam Kota. Dengan keadaan kota Malang yang tidak kondusif, peristiwa ini berdampak pada politik, adanya perubahan pemerintahan Kota dan Kebijakan yang dikeluarkan oleh Wakil Residen saat Belanda menduduki Kota Malang, Dampak sosial yaitu adanya sentimen Anti Etnis Tionghoa saat Belanda masuk Kota Malang dan Dampak ekonomi, terjadinya kelumpuhan perekonomian kota Malang banyaknya toko-toko dan pasar tutup dan sebagai tindakan Wakil residen mengeluarkan kebijakan untuk memulihkan ekonomi Kota Malang.


Kata Kunci: Kota Malang, Agresi Militer Belanda 1

Published
2016-07-25
Abstract Views: 1338
PDF Downloads: 1363