MALANG STOOMTRAM MAATSCHAPPIJ PADA MASA KOLONIAL DI MALANG TAHUN 1901-1930

  • GALIH WAHYU TRI W

Abstract

Pada awal abad ke-19, Kabupaten Malang merupakan sebuah kawasan pedalaman di Karesidenan Pasuruan. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Agraria tahun1870, Kabupaten Malang telah berubah menjadi kawasan sentra perkebunan. Dengan semakin meningkatnya lahan perkebunan di kawasan ini, banyak masyarakat yang berpindah ke Kabupaten Malang. Dengan semakin meningkatnya jumlah lahan perkebunan dan semakin meningkatnya pabrik gula di kawasan ini, maka pemerintah memberikan izin kepada pihak swasta yakni Malang Stoomtram Maatschappij (MSM) untuk membuka jalur trem. Fungsi utama dari trem di Kabupaten Malang adalah untuk mengangkut gula menuju stasiun kemudian diangkut dengan kereta api menuju Surabaya.

Penelitian ini membahas (1) Bagaimana latar belakang Malang Stoomtram Maatschappij di Malang tahun 1901; (2) Bagaimana perkembangan Malang Stoomtram Maatschappij di Malang tahun 1901-1930; (3) Bagaimana peran Malang Stoomtram Maatschappij di Malang tahun 1901-1930. Adapun metode penelitian yang digunakan yaitu metode pendekatan sejarah (historical approach), yang meliputi empat tahapan proses yakni heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi.

Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa pada masa kolonial tahun 1897-1930 perusahaan Malang Stoomtram Maatschappij mengalami naik turunnya pendapatan dari hasil pengangkutan penumpang, yakni dari tahun 1901 sebesar 278.341 gulden menjadi 51.308 gulden pada tahun 1930. Dari hasil pengangkutan barang juga mengalami penurunan pendapatan, yakni dari tahun 1901 sebesar 736.557 gulden menjadi 283.835 gulden pada tahun 1930. Banyak faktor yang menyebabkan penurunan pendapatan MSM, yakni krisis gula pada tahun 1918 dan puncaknya pada tahun 1930 (krisis malaise).  MSM memiliki tiga fase dalam perkembangannya. Fase pertama adalah fase penjajakan transportasi massal di mana pelayanan dan pengoperasian trem masih belum optimal, dilihat dari pendapatan perusahaan yang tidak begitu besar. Fase kedua adalah fase efektif perusahaan di mana perusahaan sudah mengoptimalkan pelayanan pengoperasian trem dan masyarakat sudah mengenal trem dan pelayanannya, dilihat dari pendapatan pada periode ini terus meningkat dan puncaknya di tahun 1926. Fase ketiga adalah periode di mana MSM mengalami masalah krisis tahun 1930-an yang membuat perusahaan memiliki pendapatan terburuk akibat kriris malaise.

MSM pada era kolonial di Malang mempunyai peran yang sangat penting bagi pihak kolonial maupun masyarakat Malang. Bagi pihak kolonial, MSM memiliki fungsi distribusi dalam mengangkut hasil perkebunan menuju stasiun Djagalan,yang nantinya akan diteruskan menuju Surabaya. Tidak hanya itu, fungsi lain dari MSM ialah memudahkan orang-orang Belanda yang berada di Surabaya untuk beristirahat di Malang sebagai tempat wisata. Peran MSM bagi masyarakat Malang juga sangat besar, diantaranya memudahkan masyarakat yang berada di Malang untuk melakukan perpindahan dari underdistrict menuju pusat kota Malang untuk bekerja.

 

Kata Kunci : MSM, Kereta Api, Malang

Published
2017-07-17
Abstract Views: 85
PDF Downloads: 529