PENERAPAN POLITIK ETIS DI SURABAYA TAHUN 1911-1930

  • DHIMAS RANGGA GALIH

Abstract

Perkembangan ekonomi yang sangat pesat akibat dari ramainya aktivitas pelabuhan dan industri di Surabaya merupakan faktor penting dari diperhatikannya Surabya pada masa politik etis, karena perkembangan Ekonomi tadi mampu menarik masyarakat dari golongan pribumi Cina Arab bahkan Eropa untuk mendekat dan menetap di Surabaya. Hal ini yang secara tidak langsung juga membuat pihak pemerintah Hindia-Belanda memperhatikan pula sektor pendidikan di Surabaya, karena Surabaya sudah menjadi salah satu kota penting layaknya Batavia sebagai pusat pemerintahan. Khususnya untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang juga semakin tinggi tiap tahunnya. Jadi dapat kita simpulkan faktor-faktor diatas adalah yang membuat pihak Kolonial Hindia-Belanda menjadikan Surabaya sebagai salah satu fokus utama penerapan daro Politik Etis di Hindia-Belanda
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian sejarah sejarah yang dipakai untuk menyusun fakta, mendeskripsikan, dan menarik kesimpulan tentang masa lampau. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam metode sejarah yaitu pemilihan topik, heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi Untuk memperoleh hasil maksimal dalam penelitian ini maka peneliti melakukan penelusuran sumber berupa staatsblad, serta kolonial Verslag tentang politik etis. Selain itu juga dibantu dengan buku-buku yang berkaitan dengan politik etis.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Di Surabaya penerpan sistem Irigasi pada masa politik etis ini ialah saluran irigasi terbagi menjadi beberapa kategori, antara saluran primer, sekunder, tersier dan kwarter. Untuk saluran tersier oleh desa atau beberapa desa yang berkepentingan, sedangkan saluran kwater dibuat oleh masing-masing pemilik sawah yang akan menggunakan saluran tersebut. Saluran primer adalah saluran pertama yang menghubungkan langsung dengan sungai atau sumber lain yang diambil airnya untuk pengairan. Dalam bidang pendidikan terdapat perkembangan seperti ELS yang mengalami peningkatan masa studi yang awalnya hanya 3 tahun menjadi 7 tahun. Selain itu dalam kurikulum ELS juga ditambah dan menekankan Bahasa Belanda, karena pelajaran akan pemahaman Bahasa Belanda dianggap sangat penting. Dan juga selain itu terdapat sekolah bersubsidi yang didirikan oleh perkumpulan missionaris gereja yaitu Broederschool Santo Yosef dan ELS Broederschool Santo Yosef. Pendidikan untuk etnis Cina pertama kali didirikan oleh perkumpulan Hok Tjiong Hak Kwan yang mendirikan sekolah bernama THHK (Tiong Hwa Hwee Kwan). Pada tahun 1909 pihak Kolonial mendirikan sekolah HCS untuk anak-anak Cina, dan kemudian pada tahun 1913 jumlah HCS bertambah setelah pihak Kolonial mendirikan da HCS lagi, pertama di Grisseescheweg (sekarang Jl. Gresik) jumlah siswa 200, dan yang kedua di Pasar Turi dengan jumlah siswa 209.
Kata Kunci: Politik Etis , Kolonial, Surabaya

Published
2017-07-26
Abstract Views: 185
PDF Downloads: 1056