AKULTURASI BUDAYA PADA KOMPLEKS MASJID AL-MUBAROK DI DESA KACANGAN KECAMATAN BERBEK KABUPATEN NGANJUK

  • AISAH FITRI MUTIATUN

Abstract

Masjid Al-Mubarok yang terletak di Desa Kacangan Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk merupakan salah satu bukti sejarah perkembangan Islam di wilayah Nganjuk. Arsitektur masjid Al-Mubarok merupakan percampuran dari berbagai unsur budaya, mulai dari bangunan utama menggunakan tiang soko guru, atap tumpang, adanya berbagai ornamen khas Hindu, Islam, China, adanya peninggalan yoni yang dipadukan dengan bencet untuk menentukan datangnya waktu sholad sampai konsep masjid dan makam para pendiri kabupaten Berbek yang masih bisa kita saksikan hingga saat ini.

Penelitian ini membahas mengenai (1) Tata letak dan arsitektur pada masjid Al-Mubarok; (2) Ornamentasi di kompleks masjid Al-Mubarok; (3) Aspek-aspek akulturasi di kompleks masjid Al-Mubarok Berbek, Nganjuk. Adapun metode penulisan yang digunakan adalah metode pendekatan sejarah, yang mencakup empat tahapan yaitu pengumpulan sumber (heuristik), pengujian data yang diperoleh (kritik), Penafsiran terhadap fakta (interpretasi) dan penulisan laporan sejarah (historiografi).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tata letak masjid Al-Mubarok menggunakan pola candi Panataran yaitu bangunan membujur dalam poros barat laut-tenggara, yang menggunakan pola susunan linier berurutan langgam Jawa timur. Pola bangunan pada masjid Al-Mubarok terdiri dari halaman depan terdiri dari bangunan serambi, pada halaman tengah terdapat bangunan masjid Al-Mubarok dan halaman belakang (halaman tersakral) adalah makam Kyai Kanjeng Djimat. Arsitektur masjid Al-Mubarok juga dibagi atas tiga bagian yang terdiri dari bangunan kaki masjid atau bagian bawah (soubasement), bagian tubuh masjid dan bagian atap masjid atau bagian atas.

Masjid Al-Mubarok memiliki beragam ornamen yang memperindah bangunan masjid. Beberapa ornamen yang menghiasi masjid antara lain ornamen hasil akukturasi kebudayaan prasejarah, Kebudayaan Hindu dan Budha dan kebudayaan Islam. Salah satu ornamen tersebut adalah ragam hias flora, ragam hias fauna yang distilisasi, ragam hias geometris dan ragam hias kombinasi. Ragam hias fauna diantaranya adalah patung singa putih dan elang. Ragam hias flora misalnya pohon hayat, bunga teratai (padma), bunga melati dan lunglungan.

Aspek-aspek akulturasi di kompleks masjid Al-Mubarok, kompleks Giri, kompleks Sendang Duwur dan kompleks Bonang antara lain meliputi aspek pemujaan (leluri) arwah leluhur, aspek tata letak, aspek arsitektur, aspek ornamentasi dan aspek tradisi. Aspek pemujaan (leluri) arwah leluhur masyarakat Jawa mengalami keberlanjutan dari zaman megalitik yang digambarkan dalam bentuk menhir. Menhir kemudian menjadi prototipe batu-batu prasasti, juga berfungsi sebagai gejala pendahuluan dalam penciptaan patung-patung leluhur, patung-patung dewa-dewa dan lingga pada zaman Hindu. Pada periode berikutnya, tradisi pembuatan instrumen ritual pada masa Islam dalam bentuk batu-batu nisan pada makam-makam Islam.

Published
2017-10-10
Abstract Views: 306
PDF Downloads: 966