PERAN DOEL ARNOWO DI SURABAYA TAHUN 1945-1952

  • MITA INDRAWATI

Abstract

               Doel Arnowo lahir di kota Surabaya pada tanggal 30 oktober 1904. Pada peristiwa 10 November 1945 ini Doel Arnowo merupakan salah satu tokoh ketua KNI Karasidenan Surabaya dan angggota kontak biro dalam memperjuangkan dan mempertahankan kota Surabaya dari sekutu bersama Gubernur Suryo, Residen Soedirman dan Ruslan Abdulgani. Kemudian tahun 1950 Doel Arnowo diangkat menjadi Walikota Surabaya karena dia dipercaya bisa membangun kembali kota Surabaya. 

               Penelitian ini akan membahas mengenai (1) Bagaimana peran Doel Arnowo selama tahun 1945 sampai tahun 1949 di Surabaya ; (2) Bagaimana peran Doel Arnowo selama menjadi walikota Surabaya tahun 1950-1952. Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari empat tahap yaitu tahap pengumpulan sumber primer dan sekunder. Sumber dalam penelitian ini didapat melalui wawancara dengan para veteran pejuang 45, beserta literatur pendukung lainnya yang didapat juga melalui Arsip  dan majalah. Tahap kedua adalah kritik sumber yaitu kritik intern menemukan data yang menunjukkan peran  Doel Arnowo periode tahun 1945-1952 di Surabaya. Tahap ketiga adalah interpretasi data. Dari berbagai literatur serta wawancara, dapat diperoleh fakta tentang Peran Doel Arnowo dalam peristiwa 10 November 1945 dan selama menjadi walikota di Surabaya sampai tahun 1952 dengan didukung oleh sumber sekunder. Tahap keempat adalah historiografi untuk menuliskan hasil penelitian karya sejarah secara kronologis sesuai dengan tema penelitian.

              Hasil penelitian menjelaskan Doel Arnowo yang terlahir dari ayah bernama Arnowo dengan ibu bernama Djahminah. Nama asli Doel Arnowo yaitu Abdoel Adhiem. Doel Arnowo mulai dikenal dikalangan rakyat dan pemuda Surabaya tahun 1925-1927 pada saat Partai Nasional Indonesia dibentuk pada bulan Juli 1927 oleh Ir. Soekarno. Pada jaman Jepang Doel Arnowo bergaubung dalam barisan PUTERA dan tergabung dalam Panitia Angkatan Muda Indonesia serta dapat menangkap dengan mudah berita kekalahan Jepang. Tanggal 28 Agustus 1945 Doel Arnowo terpilih sebagai ketua Komite Nasional Indonesia daerah Surabaya. Sebagai ketua KNI Karasidenan Surabaya Doel Arnowo membentuk badan-badan perjuangan, kepada para bekas anggota PETA, HEIHO, dan lainnya. Doel Arnowo juga membuat pembentukan Badan Penolong Korban Perang (BPKKP) dan Badan Keamanan Rakyat (BKR) untuk daerah Karasidenan Surabaya. Sebagai ketua KNI Karasidenan Doel Arnowo menugaskan kepada anggotanya dalam masalah-masalah ekonomi dan perbekalan logistik. Menugaskan anggota KNI Karasidenan Surabaya untuk mengurus tawanan Jepang yang ditawan di daerah Kalisosok Surabaya sejumlah 6000 orang Jepang. Dalam perundingan kepada pasukan Inggris Doel Arnowo menjadi anggota pengurus kontak biro dan menyiapkan rumahnya untuk tempat perundingan. Doel Arnowo juga menghimpun seluruh unsur kekuatan dikalangan masyarakat Surabaya dalam memberikan penerangan tentang hasil perundingan. Bahwa telah disepakati adanya gencatan senjata serta mengeluarkan suatu pengumuman yang menjelaskan tentang kejadian di sekitar Gedung Internatio. Doel Arnowo juga melakukan konsultasi dengan Presiden Soekarno tentang usaha perdamaian kepada tentara Inggris, bertindak sebagai penasihat Gubernur Suryo yang selalu mendampingi Gubernur Suryo dalam mengambil sebuah keputusan tentang peristiwa pertempuran tanggal 9 November 1945 tersebut dan  membantu menyusun teks pidato yang akan dibacakan oleh Gubernur Suryo untuk ditujukan kepada semua lapisan masyarakat Surabaya. Pada tahun 1947 Doel Arnowo dipilih sebagai wakil gubernur Jawa Timur. Pada akhir Desember 1949 Pemerintahan Kota Surabaya mengalami perubahan.

            Doel Arnowo yang masuk kembali ke Kota Surabaya diangkat sebagai walikota tahun 1950 karena dipercaya bisa membangun kembali kota surabaya. Kebijakan Doel Arnowo selama menjadi walikota di Surabaya. Membangun berbagai infratrukstur kota, pembenahan tata ruang kota dengan menerapkan kebijakan tanah partikelir. Meningkatkan pertumbuhan perekonomian dengan menerapkan kebijakan ekonomi benteng. Pengembangan pasar-pasar tradisional di kota Surabaya dan dibangunkannya Monumen Tugu Pahlawan atas ide dari Presiden Soekarno dengan tujuan supaya masyarakat Surabaya memiliki ingatan yang kuat akan kepahlawanan dan perjuangan arek-arek Surabaya pada masa mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Kata Kunci:  Peran, Doel Arnowo, Surabaya 

Published
2018-02-01
Abstract Views: 121
PDF Downloads: 591