WAYANG SULUH MADIUN TAHUN 1947-1965

  • APRILIA SISKAWATI
  • SEPTINA ALRIANINGRUM

Abstract

Pada zaman revolusi alat penyebar informasi di Indonesia masih minim. Wayang kemudian menjadi salah satu media penyebaran informasi untuk masyarakat Indonesia karena masih ada keterbatasan masyarakat dalam membaca, memiliki, dan berlangganan surat kabar. Masalah tersebut mengakibatkan masyarakat menjadi hidup sengsara dan pendidikan tidak mampu menjangkau masyarakat kecil, sehingga dapat menyulitkan pemerintah dalam menyebar luaskan informasi mengenai program pemerintah. Wayang suluh oleh Pemerintah melalui Departement Penerangan dianggap mampu memberikan informasi untuk menambah wawasan serta pengetahuan kepada masyarakat Indonesia dalam upaya membangkitkan semangat nasionalisme masyarakat Indonesia pasca kemerdekaan.
Permasalahan penelitian ini yaitu, (1) Bagaimana latar belakang tumbuhnya wayang suluh? (2) Bagaimana ciri-ciri dan fungsi wayang suluh? (3) Bagaimana perkembangan wayang suluh di Madiun pada tahun 1947-1965?. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah terdiri dari, (1) Heuristik, mencari sumber sejarah sesuai topik yang akan diteliti (2) Kritik, menganalisis sumber untuk mendapatkan fakta sejarah (3) Intepretasi, menganalisis sumber yang sudah dikritik kemudian diintepretasi sesuai dengan tema penelitian (4) Historiografi, penulisan sumber yang sudah terbentuk rekonstruksi peristiwa sejarah.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa wayang suluh tumbuh ketika Pemerintah Indonesia berusaha menanamkan kesadaran masyarakat untuk berbangsa dan bertanah air. Usaha tersebut dilakukan akibat serangan dari Belanda terkait peristiwa Agresi Militer Belanda I dan II yang ingin menguasai kembali Indonesia. Selain peristiwa Agresi Militer Belanda I dan II juga ada peristiwa Madiun tahun 1948 yang mengakibatkan kehidupkan masyarakat Indonesia sengsara. Berdasarkan masalah tersebut wayang suluh kemudian dirancang dan diperkenalkan kepada masyarakat Madiun oleh bapak Sukemi sebagai karyawan Departemen Penerangan Madiun. Wayang suluh pertama kali dipertunjukkan tanggal 10 Maret 1947 di Gedung Balai Rakyat Madiun Jawa Timur.
Ciri dan fungsi dari wayang suluh Madiun yaitu tokoh wayang suluh Madiun lebih digambarkan seperti wajah asli tokoh perjuangan di Indonesia dan tokoh yang hidup dalam masyarakat. Lakon yang dibawakan dalam wayang suluh Madiun bercerita seputar peristiwa pada masa revolusi dan program pemerintah. Wayang suluh berfungsi sebagai (1) corong pemerintah dalam menyampaikan informasi; (2) menambah wawasan; (3) meningkatkan rasa nasionalisme masyarakat Indonesia.
Dalam perkembangannya wayang suluh Madiun tahun 1947-1965 dibagi menjadi 2 periodisasi, yaitu tahun 1947-1949 dan tahun 1950-1965. Periode tahun 1947-1949 tokoh wayang suluh Madiun digambarkan seperti wajah asli tokoh-tokoh perjuangan Indonesia dan tokoh-tokoh Belanda yang berperan dalam penjajahan. Lakon wayang suluh lebih menceritakan peristiwa pada masa revolusi. Waktu dan durasi pentas dengan durasi 3-4 jam atau selama 6 jam yang dilaksanakan sore atau malam hari. Sorot lampu (blencong) masih menggunakan lampu minyak.
Periode tahun 1950-1965 tokoh wayang suluh Madiun lebih menggambarkan tokoh-tokoh atau pelaku yang hidup dalam masyarakat. Sedangkan lakon menceritakan program pemerintah, mengangkat permasalahan pembangunan di Indonesia. Waktu pentas dilaksanakan selama 2-3 jam dimulai pada pukul 20.00 WIB sampai pukul 23.00 WIB. Sedangkan sorot lampu (blencong) sudah menggunakan blencong berupa lampu petromax.
Kata Kunci: wayang suluh, ciri dan fungsi, perkembangannya.
Published
2018-05-31
Section
Articles
Abstract Views: 44
PDF Downloads: 1530