MAKNA PISOWANAN AGUNG DI YOGYAKARTA TAHUN 1998-2008

  • AGUNG MUSTIFARIS NUGROHO
  • SUMARNO

Abstract

Yogyakarta merupakan daerah yang memiliki banyak budaya dan tradisi, salah satunya yaitu Pisowanan Agung. Pisowanan Agung merupakan tradisi yang menujukan hubungan antara raja/sultan dengan rakyatnya. Secara tradisional Pisowanan Agung memiliki makna sangat kental akan nuansa tradisi budayanya. Akan tetapi di era modern, Tradisi Pisowanan Agung yang diselenggarakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X, yaitu pada Mei 1998, September 1998, April 2007, dan Oktober 2008 memiliki makna yang berbeda. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut : (1) Bagaimana latar belakang terselenggaranya Pisowanan Agung pertama hingga keempat tahun 1998? (2) Apakah ada perubahan makna dari Pisowanan Agung masa kepemimpinan Sri Sultan Hamengku Buwono X? (3) Bagaimana dampak Pisowanan Agung di Yogyakarta tahun 1998-2008?. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Sejarah dengan menggunakan sumber utama berupa arsip dan pemberitaan-pemberitaan media cetak dari surat-surat kabar seperti Kedaulatan Rakyat, Bernas Jogja, Jawa Pos, Kompas, serta menggunakan sumber pendukung berupa buku-buku yang berkaitan dengan penelitian. Dalam penelitian ini menjelaskan bahwa terdapat perbedaan makna yang terkandung dari tradisi Pisowanan Agung tradisional dengan Pisowanan Agung di era modern. Perbedaan makna tersebut dapat dilihat melalui Pisowanan Agung yang terselenggara oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X, karena dari Pisowanan Agung pertama (1998) hingga keempat (2008) terdapat kepentingan-kepentingan politik dibaliknya. Pisowanan Agung masa kepemimpinan Sri Sultan Hamengku Buwono X memiliki makna yang kental akan nuansa poltik.
Kata Kunci: Makna, Pisowanan Agung, Sri Sultan Hamengku Buwono X, Yogyakarta
Published
2018-12-13
Section
Articles
Abstract Views: 630
PDF Downloads: 408