THE CONCEPT OF DEATH IN THE SRI TANJUNG TEXT (STUDY OF THE COMPARISON OF THE SRI TANJUNG DEATH DEVOTION IN SRI TANJUNGS RELIEF AND RELIEF IN THE 13-15th CENTURY TEMPLE MASEHI)

  • IQBAL TAWAKAL RAMADHAN
  • ARTONO

Abstract

Kidung Sri Tanjung merupakan salah satu cerita yang terkenal pada masa Jawa Kuna, tepatnya di Provinsi Jawa Timur dan Bali. Periode munculnya cerita ini tepat pada saat Majapahit berkuasa pada abad ke 13-15 Masehi, di daerah tersebut. Cerita Sri Tanjung sendiri berbentuk kidung yaitu tembang yang dinyanyikan. Cerita Sri Tanjung kemungkinan sudah ada sebelum naskah kidung nya diciptakan, hal ini dapat dilihat dari adanya relief mengenai cerita Sri Tanjung pada candi-candi Majapahit yang ada di jawa Timur, candi-candi yang memuat cerita ini adalah Candi Jabung, Candi Penataran, Candi Surowono, dan Gapura Banjang Ratu yang dibangun sekitaran abad ke 14-15 Masehi, sementara naskahnya baru dikenal pada abad ke 16-17 Masehi di daerah Banyuwangi, yang biasa disebut Naskah Sri Tanjung Banyuwangi. dan versi naskah kedua adalah Naskah Sri Tanjung Prijono (naskah babon) yang isinya dirasa sesuai dengan kultur budaya masyarakat pada masa Majapahit. Dalam naskah maupun relief Sri Tanjung terdapat adegan perjalanan roh Sri Tanjung di alam kematian, bahkan pada panil relief tampaknya adegan tersebut menjadi inti cerita dalam kisah Sri Tanjung. Berdasarkan Latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1) Menganalisis Naskah Sri Tanjung dan Adegan Kematian dalam Naskah Sri Tanjung 2) Menganalisi Relief Kematian Sri Tanjung di Candi masa Majapahit. 3) Menganalisis Perbandingan Adegan Kematian dalam Naskah Sri Tanjung Prijono dan Naskah Sri Tanjung Banyuwangi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang meliputi empat tahap. Tahap pertama adalah heuristik yang digunakan untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah. Tahap kedua adalah kritik, yaitu kegiatan pemilihan sumber sejarah yang didapat agar memperoleh sumber sejarah yang valid. Tahap ketiga adalah interpretasi, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk menafsirkan fakta sejarah melalui analisis dan sintesa. Tahap keempat adalah historiografi, yaitu penyajian keseluruhan hasil penelitian dalam bentuk tulisan yang berbentuk skripsi Berdasarkan hasil analisis sumber menunjukkan 1) Dari perbandingan dan rekonstruksi Naskah-naskah Sri Tanjung yang berasal dari Bali, telah disusun naskah babon atau archetypus-nya oleh Prijono. Setelah pembandingan naskah babon Sri Tanjung Prijono dengan naskah Sri Tanjung yang dijumpai tim peneliti di Banyuwangi , jelaslah bahwa Sri Tanjung Banyuwangi yang terakhir ini tidak termasuk dalam versi Bali. Tanpa membandingkan beberapa naskah yang ada. Adegan kematian Sri Tanjung juga menempati porsi yang cukup banyak dalam naskah Sri Tanjung terdapat di pupuh 5 bait ke 110 sampai dengan pupuh 6 bait ke 10. 2) Adegan kematian Sri Tanjung yang diabadikan pada relief candi-candi pada masa Majapahit, bukan hanya melukiskan bentuk-bentuk figur manusia, namun terdapat berbagai simbol-simbol visual dalam penggambaranya tentang kematian, yang tentu memiliki makna atau mengandung suatu arti khusus didalamnya. Keberadaan naskah Sri Tanjung dalam relief dapat diasumsikan bahwa manusia pada masa itu telah mengenal konsep Ketuhanan dan kepercayaan akan kehidupan setelah kematian, bagaimana manusia pada waktu itu telah bisa menuangkan tentang gagasan konsep kepercayaan akan perjalanan kematian ke dalam karya berbentuk relief. Adegan kematian dalam cerita Sri Tanjung ini pun seolah menghasilkan wujud relief candi yang megah dengan ribuan ajaran hidup yang diabadikan dalam bentuk visual relief. 3) Dalam Jalinan cerita, Sri Tanjung Banyuwangi dan Sri Tanjung Prijono itu pada dasarnya serupa, perbedaan hanya terletak pada aspek kebahasaan nya dan latar cerita nya saja, hal dikarenakan Sri Tanjung versi Prijono berlatar agama Hindu yang kuat dan Sri Tanjung Banyuwangi telah mengalami akulturasi ke masa Islam, akan tetapi terdapat perbedaan penulisan cerita pada tahap kematian Sri Tanjung dan perjalanannya di alam kematian, yang meliputi watak tokoh dan latar cerita.Kata Kunci : Konsep kematian dalam naskah Sri Tanjung, Relief Sri Tanjung
Published
2019-01-28
Section
Articles
Abstract Views: 82
PDF Downloads: 349