PERKEBUNAN TEBU DI MADIUN MASA BELANDA TAHUN 1900-1930

  • DYAH RETNO WULAN
  • AGUS TRILAKSANA

Abstract

Keberadaan perkebunan tebu yang ada di Madiun pada tahun 1900-1930 memang menarik untuk diteliti dan dipelajari secara mendalam. Pada awal abad ke-20, Madiun berperan dalam menjadikan Hindia Belanda sebagai penghasil gula terbaik dan terbesar di dunia mengalahkan Kuba, Suriname, dan Filiphina. Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi sekarang yang harus mengimpor gula dari luar negeri. Pemerintah mengambil kebijakan untuk mengimpor gula karena pabrik gula dalam negeri belum mampu memenuhi suplai kebutuhan gula dalam negeri karena banyak pabrik gula yang tua dan tidak mampu berproduksi secara efisien.Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah 1) Bagaimana kondisi perkebunan tebu di Madiun pada tahun 1900-1930?, 2) Bagaimana dampak adanya perkebunan tebu terhadap kondisi sosial dan ekonomi masyarakat Madiun pada tahun 1900-1930?, dan 3) Bagaimana dampak krisis ekonomi tahun 1930 terhadap perkebunan tebu dan industri gula di Madiun? Dengan tujuan dari penulisan skripsi ini adalah mendeskripsikan perkembangan perkebunan tebu di Madiun dari tahun 1900 sampai 1930 dan dampak yang diakibatkan dari adanya perkebunan tebu di Madiun dari segi ekonomi, serta dampak adanya depresi ekonomi dunia yang melanda tahun 1930 terhadap produksi dan harga gula di Madiun. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah, maka metode yang digunakan adalah metode penelitian sejarah, yang meliputi 4 tahap, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Tahap heuristik adalah tahap dalam pencarian sumber fokus penelitian yang diperoleh dari koleksi arsip untuk sumber utama, buku-buku yang relevan untuk sumber sekunder, serta skripsi, jurnal, dan internet untuk sumber tersier yang dapat dijadikan data pendukung pada fokus penelitian.Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkebunan tebu di Madiun pada tahun 1900-1930 dapat berkembang pesat di daerah Madiun karena memiliki kondisi geografi yang mendukung untuk tumbuh kembang tanaman tebu. Jenis tanah yang mendominasi daerah Madiun adalah tanah alluvial dan lathosol yang cocok untuk tanaman tebu. Selain itu, daerah Madiun termasuk dalam daerah iklim sedang yang memiliki curah hujan yang merata dan memiliki sumber air yang melimpah karena diapit oleh pegunungan serta dilewati oleh aliran Bengawan Madiun yang bermuara ke Bengawan Solo. Perkebunan tebu di Madiun mengalami perkembangan pesat, mulai dari pembangunan irigasi sampai modernisasi sarana prasarana. Perkebunan tebu di Madiun juga berdampak pada kondisi sosial yaitu dengan banyaknya tenaga kerja yang diserap hingga dikenalnya uang sebagai alat pembayaran, serta dampak depresi ekonomi 1930 yang mengakibatkan harga gula menjadi turun dan menimbulkan konflik sosial, seperti pembakaran lahan, pemogokan kerja buruh, dan munculnya perbanditan. Bagi masyarakat yang2menyewakan lahannya untuk perkebunan tebu (petani sikep), mereka mendapatkan uang sewa dan prioritas menjadi pekerja perkebunan, namun uang sewa yang diterima kerap kali tidak cukup untuk membayar pajak ataupun memenuhi kebutuhan hidup.Kata Kunci : Perkebunan Tebu, Madiun, tahun 1900-1930
Published
2020-06-18
Section
Articles
Abstract Views: 122
PDF Downloads: 96