KEBIJAKAN PENDIDIKAN KOLONIAL TERHADAP ELITE PRIBUMI DI SURABAYA TAHUN 1908-1928

  • EKO PRASETYO
  • AGUS TRILAKSANA

Abstract

Kebijakan pendidikan yang diprakarsai oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda mengalami perkembangan dan peningkatan dari waktu ke waktu. Abad kedua puluh menjadi momentum emas bagi kesetaraan pendidikan yang lebih luas dan menyentuh berbagai lapisan masyarakat kolonial. Keputusan untuk memberikan akses ke pendidikan yang lebih luas bagi kelompok masyarakat adat membawa keuntungan tersendiri. Kebutuhan akan tenaga kerja murah dan terampil merupakan tantangan bagi pendidikan terutama setelah liberalisasi kebijakan ekonomi. Perkembangan industri ini cukup pesat dan kondisi pendidikan yang maju menjadikan Surabaya sebagai salah satu daerah dengan tingkat pendidikan terbaik di Hindia.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian sejarah yang dipakai untuk menyusun fakta, mendeskripsikan, dan menarik kesimpulan tentang masa lampau. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam metode sejarah yaitu pemilihan topik, heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi Untuk memperoleh hasil maksimal dalam penelitian ini maka peneliti melakukan penelusuran sumber berupa staatsblad, serta kolonial Verslag tentang kebijakan pemerintah kolonial terkait pendidikan di Surabaya. Selain itu juga dibantu dengan buku-buku yang berkaitan dengan kiprah dan karir para elit pribumi dan tentunya terkait sejarah kependidikan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah kolonial Hindia-Belanda di Surabaya memang dikhususkan hanya untuk golongan elite pribumi terutama keturunan bangsawan. Pendidikan barat bagi kalangan elite pribumi ini berfungsi sebagai sarana modernisasi sekaligus westernisasi. Elite pribumi tamatan sekolah belanda selain untuk keperluan tenaga berkeahlian dalam pemerintahan juga difungsikan sebagai kepala birokrasi lokal. Pembukaan sekolah swasta seperti sekolah Desa degan lama masa studi 3 tahun di daerah-daerah pinggiran hanya difokuskan pada kemampuan dasar seperti membaca menulis dan berhitung. Sekolah lanjutan didirikan bagi lulusan sekolah desa dengan masa studi 2 tahun. Pada tahun 1910 terjadi penambahan masa sutdi di sekolah Ongko Loro dari 3 tahun menjadi 5 tahun. Pada tahun 1909 juga didirikan sekolah pertukangan untuk golongan pribumi dengan masa studi 3 tahun ditambah 1 tahun praktek lapangan. Pendidikan diselenggarakan melalui penggunaan bahasa pengantar utama bahasa Belanda dan beberapa sekolah swasta dengan bahasa Melayu. Periode ini banyak terjadi penyempurnaan kurikulum di sekolah rendah sekelas MULO dan HBS. Tahun 1913 NIAS didirikan dengan masa studi 10 tahun dan 1928 didirikan STOVIT dengan masa studi 5 tahun.Kata Kunci: Pendidikan , Elit Pibumi, Surabaya
Published
2020-07-09
Section
Articles
Abstract Views: 337
PDF Downloads: 0