KEDUDUKAN DAERAH TERUNG (KRIAN-SIDOARJO) PADA MASA MENJELANG AKHIR MAJAPAHIT (1478-1526)
Abstract
Negara Indonesia adalah negara yang terdiri dari kepulauan. Pada awal sejarah kuno, kepulauan Indonesia merupakan bagian dari satu kesatuan daerah lalu lintas barang dan diiringi bertumbuhnya pusat-pusat perdagangan di beberapa tempat di pesisir pulau, seperti pulau Sumatra dan Jawa. Dari berbagai penelitian dapat diungkapkan adanya peranan penting daerah di sepanjang pantai utara Jawa, khususnya dalam bidang ekonomi. Perpindahan pusat pemerintahan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur pada awal abad X Masehi, juga membawa kemajuan di bidang perdagangan internasional saat itu. Dalam prasasti Trowulan (Canggu) 1280 S disebutkan bahwa ada 44 tempat penyebrangan di tepi Sungai Solo dan 34 anak cabangnya, serta tempat penyeberangan di tepi Sungai Brantas. Dari sekian banyak tempat penyebrangan di tepi Sungai Bengawan Solo dan Sungai Brantas hanya ada tiga tempat yang penting karena tempat-tempat itu sebagai tempat pelabuhan penyeberangan. Tempat-tempat tersebut semuanya di tepi Sungai Brantas yaitu Curabhaya, Trung dan Canggu.
Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa daerah Terung pada masa Kerajaan Majapahit merupakan daerah penyeberangan dari Tuban kemudian ke Gresik lalu ke Surabaya dan akhirnya ke Majapahit. Sebab daerah Terung pada masa itu letaknya di pinggir sungai Brantas cabang Kali Mas. Pada masa menjelang akhir Majapahit daerah Terung dipimpin oleh Raden Husen yang beragama Islam. Pada masa menjelang akhir Majapahit masyarakat daerah Terung sebagian sudah memeluk agama Islam, meskipun sebagian lagi masyarakat daerah Terung masih memeluk agama Hindu, Budha serta sekte-sekte lainnya. Untuk perekonomian di daerah Terung diperkirakan adalah pertanian, penangkap ikan, pedagang dan perpajakan.
Kata Kunci: Daerah Terung, Ekonomi dan agama, Masa akhir menjelang Majapahit
Downloads
Downloads
Published
Issue
Section

