The Penggambaran Realitas Sosial Budaya dan Politik Indonesia dalam Majalah Minggu Pagi Tahun 1961 - 1965
Abstract
Media massa memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat sebagai sarana penyebaran informasi, hiburan, serta pembentukan dan pengontrol opini publik. Majalah dan surat kabar tidak hanya memberikan berita, namun juga menampilkan realitas sosial dan politik melalui artikel-artikel yang diterbitkan. Rumusan masalah dalam Penelitian ini adalah bagaimana latar belakang Majalah Minggu Pagi terbit sebagai majalah hiburan, kemudian bagaimana pandangan serta sikap Majalah Minggu Pagi dalam membentuk opini publik dalam rubrik pemberitaan sosial politik tahun 1961-1965. Dalam penelitian ini digunakan metode sejarah yang mencakup proses Heuristik, kritik intern, interpretasi isi, dan penyusunan historiografi. Data diperoleh dari terbitan Majalah Minggu Pagi, jurnal ilmiah, skripsi, serta sumber bacaan lain yang berkaitan dengan situasi sosial politik Indonesia pada periode tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Majalah Minggu Pagi Majalah Minggu Pagi dalam rentang waktu 1961-1965 telah memainkan peran penting sebagai corong media massa yang turut serta dalam pembentukan opini publik di era Demokrasi Terpimpin. Majalah Minggu Pagi dalam periode 1961–1965 tidak sepenuhnya mengambil posisi netral dalam penyampaian informasi. Melalui berbagai artikel dan rubrik yang dimuat, terlihat kecenderungan majalah ini untuk merefleksikan kebijakan dan arah politik pemerintah saat itu, termasuk isu-isu besar seperti konfrontasi Indonesia–Malaysia, kampanye Trikora untuk integrasi Irian Barat serta proyek nasional seperti GANEFO. Dalam pemberitaannya, tampak pula figur-figur militer seperti Suharto dan Ahmad Yani ditampilkan dalam narasi yang menekankan pada aspek ketenangan, kepemimpinan, dan stabilitas, yang berperan dalam membentuk persepsi publik di tengah kondisi politik yang dinamis. Dalam konteks sosial, Minggu Pagi menggambarkan berbagai ketimpangan yang terjadi di tengah masyarakat, seperti kelaparan, inflasi, krisis pendidikan, permasalahan buruh dan gelandangan, serta ketidakmampuan perusahaan negara dalam memberikan pelayanan yang layak kepada rakyat. Kritik yang disampaikan tidak dilakukan secara tajam atau frontal, melainkan melalui penyampaian narasi dan penggambaran realitas sehari-hari yang disusun dalam bentuk laporan ringan, artikel pendek, atau narasi populer. Melalui pendekatan ini, Minggu Pagi menampilkan dirinya sebagai media yang berpihak pada rakyat kecil sembari tetap loyal pada kebijakan negara.
Kata Kunci: Media Massa, Majalah Minggu Pagi, Sikap Majalah Minggu Pagi.
Mass media plays a crucial role in society as a means of disseminating information, providing entertainment, and shaping as well as controlling public opinion. Magazines and newspapers not only deliver news but also portray social and political realities through their published articles. The research questions in this study are: (1) What was the background behind Minggu Pagi magazine’s emergence as an entertainment magazine? and (2) How were the views and attitudes of Minggu Pagi in shaping public opinion through its socio-political news coverage during 1961–1965?This research employs the historical method, which includes heuristic processes, internal criticism, content interpretation, and historiographical writing. Data were collected from Minggu Pagi publications, scholarly journals, theses, and other relevant sources discussing Indonesia’s socio-political situation during the period. The findings indicate that between 1961 and 1965, Minggu Pagi played a significant role as a mass media outlet contributing to public opinion formation during the Guided Democracy era. The magazine did not fully maintain a neutral stance in presenting information. Through its various articles and columns, Minggu Pagi often reflected the policies and political direction of the government at the time, including major issues such as the Indonesia–Malaysia confrontation, the Trikora campaign for West Irian integration, and national projects like GANEFO. Military figures such as Suharto and Ahmad Yani were depicted in narratives emphasizing calmness, leadership, and stability—contributing to public perceptions amid a dynamic political climate. In the social domain, Minggu Pagi portrayed various inequalities within society, including hunger, inflation, the education crisis, labor and homelessness issues, and the inability of state-owned enterprises to provide adequate services to the people. Criticism was not delivered sharply or confrontationally, but rather through narrative storytelling and depictions of everyday realities in the form of light reports, short articles, or popular narratives. Through this approach, Minggu Pagi positioned itself as a media outlet aligned with the interests of ordinary people while remaining loyal to state policies.
Keywords: Mass Media, Minggu Pagi Magazine, Attitude of Minggu Pagi Magazine.
Downloads
Downloads
Published
Issue
Section
License
Copyright (c) 2025 Avatara: Jurnal Pendidikan Sejarah

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Abstract views: 0
,
PDF Downloads: 0