PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA SMP DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA KONTEKSTUAL DITINJAU DARI GAYA BELAJAR VAK

  • AMELIA AMARATUL SHOLIKHAH
  • ISMAIL

Abstract

Dalam dunia pendidikan, siswa dituntut untuk memiliki keterampilan berpikir kritis. Keterampilan berpikir kritis siswa dapat dikembangkan melalui pembelajaran di sekolah. Keterampilan yang harus dimiliki siswai selain keterampilan berpikir kritis yaitu keterampilan memecahkan masalah. Salah satu masalah yang ada pada matematika yaitu masalah kontekstual. Dalam memecahkan masalah matematika kontekstual, setiap siswa memiliki pemikiran yang berbeda-beda. Perbedaan pemikiran tersebut disebabkan karena gaya belajar yang berbeda pula.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan profil berpikir kritis siswa SMP dalam memecahkan masalah matematika kontekstual ditinjau dari gaya belajar VAK. Subjek penelitian ini terdiri dari 3 siswa kelas VIII SMP dengan kemampuan matematika setara, diantaranya 1 siswa visual, 1 siswa auditori, dan 1 siswa kinestetik. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara pemberian angket gaya belajar, tes pemecahan masalah matematika kontekstual, dan wawancara. Data dianalisis berdasarkan kategori berpikir kritis (interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, eksplanasi, dan regulasi diri).

Pada kategori analisis, siswa visual dan auditori menyebutkan ide yang akan digunakan dengan benar pada semua butir soal, tetapi siswa kinestetik hanya pada sebagian butir soal. Pada kategori evaluasi, siswa visual dan auditori menyatakan yakin benar dengan argumen terkait permasalahan pada semua butir soal, tetapi siswa kinestetik hanya pada sebagian butir soal. Pada kategori inferensi, ketiga siswa dapat menentukan informasi yang mendukung dalam memilih strategi, siswa visual dan auditori menentukan langkah yang akan digunakan dalam memecahkan permasalahan dengan tepat pada semua butir soal, tetapi siswa kinestetik hanya pada sebagian butir soal. Siswa visual dan auditori dapat menyebutkan alternatif lain dalam memecahkan masalah tetapi siswa kinestetik tidak dapat menyebutkan alternatif lain. Pada kategori eksplanasi, ketiga siswa menjelaskan langkah-langkah untuk mendapat jawaban dari permasalahan beserta alasannya. Pada kategori regulasi diri siswa visual dan auditori mengecek kembali hasil yang diperoleh sebelum dikumpulkan tetapi siswa kinestetik hanya mengecek sebagian soal. Ketiga siswa menjelaskan seberapa bagus metode yang digunakan dalam memecahkan permasalahan.

Kata Kunci: berpikir kritis, pemecahan masalah matematika kontekstual, gaya belajar.






Published
2018-08-13
Abstract Views: 66
PDF Downloads: 90