KAJIAN TATA RIAS TARI GANDRUNG BANYUWANGI
DOI:
https://doi.org/10.26740/jtr.v9n2.p%25pAbstract
Abstrak
Tari gandrung merupakan tarian khas kota Banyuwangi yang dijadikan sebagai ikon kota, tari gandrung digunakan sebagai cikal bakal seni tari yang berkembang di Banyuwangi. Tari gandrung ada sejak zaman penjajahan Belanda sebagai bukti pembelaan masyarakat Banyuwangi terhadap penjajah. Kesenian tari gandrung semakin berkembang dan mengalami pembaharuan khususnya tata rias yang digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) perkembangan tata rias tari gandrung sejak tahun 1960 hingga 2019 dan 2) mengetahui aksesoris serta busana yang digunakan pada tari gandrung Banyuwangi. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yaitu wawancara semi struktur, observasi tersamar, dan dokumentasi. Hasil penelitian dapat diuraikan sebagai berikut: 1) pada tahun 1960 hingga 1970 menggunakan kosmetik sederhana dan berbahan alami, alas bedak atal berwarna kuning langsat, alis dari arang dan lipstik berwarna merah dari kertas kelobot. 2) tahun 1970 hingga 1980 adanya foundation merk Kelly, bedak tabur merk Viva, eyeliner dan eyeshadow terbuat dari endapan lampu minyak tanah. 3) tahun 1980 hingga 1990 eyeliner dan alis berbentuk pensil, adanya blushon warna merah merk Ratu Ayu dan Sariayu. 4) tahun 1990 hingga 2000 penggunaan eyeshadow warna merah, hitam, putih, dan emas sesuai warna khas Banyuwangi. Adanya teknik untuk mempertegas warna eyeshadow. 5) tahun 2005 hingga 2010 penggunaan bedak padat, warna eyeshadow menyesuaikan busana dan adanya bulu mata palsu. 6) tahun 2015 hingga 2019 adanya teknik conturing, teknik cut crease pada aplikasi eyeshadow dan penggunaan shimer, 3) aksesoris yang digunakan bernama omprog terbuat dari kulit berwarna emas dan memiliki ciri khas tokoh wayang Ontoseno, 4) komponen busana tari gandrung Banyuwangi terdiri dari ilat-ilat atas, otok, kelat bahu, ebok, samir, sabuk, selendang atau sampur, kipas, dan kaos kaki.
Kata Kunci: Perkembangan Tari Gandrung, Gandrung Banyuwangi
Abstract
Gandrung Dance is a typical dance city Banyuwangi as the icon of the city, Gandrung dance is used as the forerunner of the flourishing dance art in Banyuwangi. Gandrung Dance existed since the Dutch colonial era as evidence of the defence of Banyuwangi community against colonizers. Gandrung Dance Art is growing and undergoing renewal, especially the makeup used. The research aims to find out: 1) The development of the Gandrung dance makeup since the years 1960 to 2019, and 2)know accessories and clothing used in the dance Gandrung Banyuwangi. This type of research is a qualitative descriptive. Data collection techniques include semi-structural interviews, sketchy observations, and documentation. The results of the study can be described as follows: 1) from 1960 to 1970 using simple and natural-made cosmetics, a black-coloured, atal-yellow eyebrow, charcoal and red-colored lipstick from the paper Kelobot. 2) years 1970 to 1980 the existence of the foundation brand Kelly, powder brand Viva, eyeliner and eyeshadow made from the deposition of kerosene lamps. 3) years 1980 to 1990 eyeliner and eyebrow is made of pencil, there is a red color of the brand queen Ayu and Sariayu. 4) Year 1990 to 2000 use of eyeshadow color red, black, white, and gold according to the distinctive color of Banyuwangi. There is a technique to emphasize the color of eyeshadow. 5) years 2005 to 2010 use of solid powder, eyeshadow color adjusting the clothing and the presence of false eyelashes. 6) year 2015 to 2019 of the technique of conturing, cut return technique on eyeshadow application and the use of Shimer, 3) used accessories named Omprog is made of gold-colored leather and has the characteristic of a puppet character Ontoseno, 4) Banyuwangi Gandrung fashion components consist of the above Ilat-ylates, Otok, shoulder kelat, Ebok, Samir, belts, scarves or sampurs, fan and socks.
Keywords: Progression of Gandrung Dance, Gandrung Banyuwangi
Downloads
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section

