ANALISIS PENGALAMAN MAHASISWA LAKI-LAKI SEBAGAI KORBAN PELECEHAN SEKSUAL

  • Tiara Riska Kirana Universitas Negeri Surabaya
  • Refti Handini Listyani Universitas Negeri Surabaya

Abstract

Abstract

 

The pressure of patriarchal culture in society limits the discussion of sexual gender. The habit of society which is still oriented towards men by considering them as the highest intensity in every field of life makes it considered that men's position cannot fall at all. So that when men experience sexual harassment, they are considered to have failed to maintain their masculinity, giving rise to the term 'Toxic Masculinity'. Men who have experienced sexual harassment are still very much ignored because they are considered a topic that is not worth to discussed. Based on the occurrence of this phenomenon, this research was conducted to discuss more deeply the public's response to men who are victims of harassment in the public environment. This study uses a qualitative method with a phenomenology approach. Queer Butler's performance theory is used to obtain research data. Data collection techniques through observation, interviews, and documentation. The research subjects were State Collage X students as victims or those who knew about the issue of sexual harassment against men. Through Butler's performance theory, the result is that men can become victims of sexual harassment and that is not dishonorable. However, men who are victims of sexual harassment rarely make reports regarding the harassment they experience to the authorities or related parties due to several reasons, including embarrassment, prestige, fear of inappropriate follow-up, and public distrust due to strong patriarchal principles in society which make them question their gender identity as men, which is not necessary.

 

Abstrak

 

Tekanan budaya patriarkis dalam masyarakat membuat terbatasnya bahasan mengenai seksual gender. Kebiasaan masyarakat yang masih berorientasi pada laki-laki dengan menganggap mereka sebagai intensitas tertinggi pada setiap bidang kehidupannya membuat posisi laki-laki dianggap tidak bisa jatuh sama sekali. Hingga pada ketika laki-laki mengalami pelecehan seksual, mereka dianggap gagal mempertahan maskulinitasnya sehingga menimbulkan munculnya istilah ‘Toxic Masculinity’. Laki-laki yang pernah mengalami pelecehan seksual masih sangat diabaikan karena dianggap sebuah topik yang tidak layak diperbincangkan. Atas dasar terjadinya fenomena tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk membahas lebih dalam mengenai tanggapan masyarakat mengenai laki-laki yang menjadi korban pelecehan di lingkungan publik. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Teori performativitas Queer Butler digunakan untuk mendapatkan data penelitian. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Subjek penelitiannya yaitu mahasiswa PTN X selaku korban maupun yang memiliki pengetahuan tentang isu pelecehan seksual terhadap laki-laki. Melalui teori performativitas Butler ini memberikan hasil bahwa laki-laki bisa saja menjadi korban pelecehan seksual dan hal tersebut bukanlah hal yang nista. Namun bagi laki-laki yang menjadi korban pelecehan seksual akan sangat jarang melakukan laporan terkait pelecehan yang dialaminya kepada pihak berwajib atau pihak terkait karena beberapa hal, diantaranya seperti malu, gengsi, takut akan tindak lanjut yang tidak sesuai, serta ketidakpercayaan masyarakat karena prinsip patriarki yang kental di lingkungan masyarakat yang membuat mereka mempertanyakan kembali identitas gender mereka sebagai laki-laki yang sebenarnya tidak perlu.

 

Keywords: Patriarchy; Men; Sexual Harassment.

 Patriarki; Laki-laki; Pelecehan Seksual.

Published
2023-10-30
How to Cite
Kirana, T., & Listyani, R. (2023). ANALISIS PENGALAMAN MAHASISWA LAKI-LAKI SEBAGAI KORBAN PELECEHAN SEKSUAL. Paradigma, 12(2), 241-250. Retrieved from https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/paradigma/article/view/57344
Abstract Views: 75
PDF Downloads: 154