Artikel PEMBELAJARAN TARI KUNTULAN BAGI DIFABEL (TUNARUNGU) DI SANGGAR TARI PESONA BLAMBANGAN BANYUWANGI

PEMBELAJARAN TARI KUNTULAN BAGI DIFABEL (TUNARUNGU) DI SANGGAR TARI PESONA BLAMBANGAN BANYUWANGI

  • Erlyna Fatmawati UNESA
Keywords: Kata Kunci: Pembelajaran, Tari kuntulan, Tunarungu, Sanggar

Abstract

ABSTRAK

Sanggar ini memiliki sifat yang terbuka, bebas, dan independen. Pesona Blambangan memberikan kesempatan bagi anak-anak tunarungu untuk melatih dan mengembangkan kemampuan menari mereka. Salah satu karya yang dikembangkan di sanggar ini adalah tari kuntulan, berasal dari tradisi Banyuwangi.

Pembelajaran tari untuk anak tunarungu di Sanggar Tari Pesona Blambangan melibatkan 5 siswa berusia 17-25 tahun. Pendekatan kualitatif, teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi Observasi, dengan mengamati pembelajaran seni tari Kuntulan Bagi Difabel (tunarungu) Di Sanggar Tari Pesona Blambangan Banyuwangi, observasi merupakan salah satu teknik pengumpulkan data yang utama seperti halnya teknik wawancara, di dalam setiap penelitian pasti melalui proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, dan rasional sesuai dengan apa yang diamati untuk mendapatkkan data penelitian Pendokumentasian dapat dilakukan dengan cara merekam video dan foto pada saat kegiatan seni tari berlangsung, pendokumentasian dilakukan sebagai menguatkan informasi dan data yang ada, sehingga data pendokumentasian tentang pembelajaran seni tari Kuntulan bagi difabel (Tunarungu) di Sanggar Tari Pesona Blambangan Banyuwangi ini dapat dipertanggung Jawabkan.

Guru menggunakan metode demonstrasi dan hitungan untuk latihan gerakan, serta menggunakan video karena siswa tidak dapat mendengar musik, dan hasilnya kemampuan ekspresi seni tari siswa menunjukkan peningkatan yang lebih baik.

Salah satu kesulitan utama yang dihadapi adalah bahwa anak-anak sulit menyesuaikan gerakan dengan irama, terutama bagi mereka yang termasuk dalam kategori tunarungu berat. Bagi yang masih memiliki sisa pendengaran atau tunarungu sedang dan ringan, proses pembelajaran cenderung lebih mudah. Simpulan, metode demonstrasi dan hitungan untuk latihan gerakan, serta menggunakan video untuk pembelajaran tari Kuntulan.

Hambatan saat pembelajaran tari untuk tunarungu adalah harus ada orang di depan untuk membantu ritme, sedang untuk pembelajaran tari kelompok dengan penari lain tidak ada masalah. Masyarakat perlu menghargai kemampuan tari disabilitas (tunarungu). Diharapkaam banyak masyarakat melibatkan penari disabilitas/tunarungu.

Kata Kunci: Pembelajaran, Tari kuntulan, Tunarungu, Sanggar

 

 

 

 

 

References

Azzaqiah, H. (2021). Pengembangan Program Pembelajaran Seni Tari Jaipong Bagi Peserta Didik Tunarungu di SLBN Widi Kabupaten Pangandaran. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Bunawan, L. (2000). Penguasan Bahasa Anak Tunarungu. Jakarta: Yayasan Santi Rama.
Kustawan, D. (2013). Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya. Jakarta: PT. Luxima Metra Media.
Mashudan, M. (2012). Pendekatan Pembelajaran Seni Tari Pada Siswa Tunarungu di SLB Putra Jaya Malang. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Moleong, L. J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Ganes Exact.
Silvia, E. (2013). Penanaman Nilai Estetis Melalui Pembelajaran Tari Cipat Cipit Bagi Siswa Tunarungu dan Tunagrahita SLB Negeri Jepara. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.
Sulistyawati, L. A. (2016). Pelaksanakan Pembelajaran Seni Budaya Drum Band Bagi Anak Tunarungu di SLB Negeri 2 Bantul. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Published
2024-02-02
How to Cite
Fatmawati, E. (2024). Artikel PEMBELAJARAN TARI KUNTULAN BAGI DIFABEL (TUNARUNGU) DI SANGGAR TARI PESONA BLAMBANGAN BANYUWANGI. Jurnal Pendidikan Sendratasik, 13(2), 58-66. Retrieved from https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-sendratasik/article/view/58599
Section
Articles
Abstract Views: 10
PDF Downloads: 12